Kalimat tauhid laa ilaha illallah merupakan kalimat yang amat ringan diucapkan, namun memiliki kedudukan yang sangat agung. Ia termasuk sebaik-baik dzikir, sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits Rasulullah ﷺ.
Dari Abu Sa‘id Al-Khudri, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Musa berkata: ‘Wahai Rabb-ku, ajarkanlah kepadaku suatu kalimat agar aku dapat berzikir dan berdoa kepada-Mu dengannya.’
Allah berfirman: ‘Wahai Musa, ucapkanlah Laa ilaha illallah.’
Musa berkata: ‘Wahai Rabb-ku, seluruh hamba-Mu mengucapkannya.’
Allah berfirman: ‘Wahai Musa, seandainya tujuh langit dan semua yang ada di dalamnya serta tujuh bumi diletakkan di satu sisi timbangan, dan Laa ilaha illallah diletakkan di sisi yang lain, maka Laa ilaha illallah akan lebih berat.’”
(HR. Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan At-Tirmidzi)
Begitu besar keutamaan kalimat ini, hingga ia menjadi timbangan yang amat berat pada hari Kiamat. Karena itulah Rasulullah ﷺ menyebutnya sebagai afdhaludz dzikr — sebaik-baik dzikir.
Namun, apakah keutamaan — pemberat timbangan amal — itu dapat diperoleh hanya dengan sekadar mengucapkannya?
Hakikat Kalimat Laa Ilaha Illallah
Imam Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dalam Shahih-nya pada bab Al-‘Ilmu qabla al-qauli wal-‘amal, dengan firman Allah ﷻ:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Maka ketahuilah bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu.” (QS Muhammad [47]: 19)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barang siapa meninggal dunia dalam keadaan mengetahui bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi selain Allah, maka ia akan masuk surga.” (HR. Muslim)
Ayat dan hadits ini menunjukkan pentingnya ilmu tentang makna dan kandungan Laa ilaha illallah — sebagaimana tersirat dalam kata ‘alima–ya‘lamu–i‘lam (fa‘lam).
Para ulama salaf menjelaskan bahwa kalimat ini akan memberatkan timbangan seseorang di sisi Allah ﷻ jika diucapkan dengan ilmu, keyakinan, dan pengamalan, bukan sekadar lisan tanpa memahami dan membuktikan maknanya dalam amal.
Sayangnya, banyak kaum muslimin yang berdzikir dengan kalimat ini, tetapi belum memahami hakikat kandungannya.
Kandungan Kalimat Laa Ilaha Illallah
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan mengharap wajah Allah.” (HR. Muslim dari Tsauban)
Dalam hadits lain dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
Allah ﷻ berfirman: “Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan dosa sebesar bumi, lalu engkau menemui-Ku tanpa berbuat syirik kepada-Ku sedikit pun, niscaya Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula.” (HR. At-Tirmidzi)
Maknanya, kalimat Laa ilaha illallah akan bermanfaat di akhirat bagi orang yang mengucapkannya di dunia tanpa menyekutukan Allah ﷻ sedikit pun. Hakikatnya adalah mengesakan Allah ﷻ dalam ibadah dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan.
Namun, di zaman ini tidak sedikit yang kurang memahami apa itu syirik dan apa saja bentuk-bentuknya, sehingga tanpa sadar terjerumus ke dalamnya.
Pengertian Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dengan Allah ﷻ dalam hal Rubūbiyyah, Ulūhiyyah, serta Asmā’ dan Ṣifāt-Nya. Syirik terbagi menjadi dua:
- Syirik akbar (syirik besar) — yaitu menyekutukan Allah ﷻ dengan sesuatu dalam perkara yang menjadi hak khusus-Nya. Pelakunya dihukumi keluar dari Islam, sehingga kalimat lā ilāha illallāh yang ia ucapkan di dunia tidak akan bermanfaat baginya di akhirat kelak.
- Syirik asghar (syirik kecil) — yaitu perbuatan yang mengandung unsur kesyirikan tetapi tidak sampai mengeluarkan pelakunya dari Islam. Meski demikian, ia tetap tergolong dosa besar yang amat berat. Salah satu contohnya adalah riya’, yakni beramal karena ingin dipuji manusia.
Macam-Macam Syirik Akbar
Syirik Akbar adalah dosa besar yang tidak akan diampuni Allah jika seseorang meninggal dalam keadaan membawa dosa tersebut.
Allah ﷻ berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ
“Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada nabi-nabi sebelummu: jika engkau berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan sungguh engkau termasuk orang yang merugi.” (QS Az-Zumar [39]: 65)
Berikut beberapa bentuk Syirik Akbar yang harus dijauhi:
1. Mempersembahkan sebagian rezeki kepada selain Allah ﷻ.
Misalnya mempersembahkan makanan atau minuman kepada jin penjaga rumah, laut, atau ladang agar terhindar dari gangguan.
Allah ﷻ berfirman: “Mereka menjadikan dari apa yang ditanam dan dari binatang ternak bagian untuk Allah dan bagian untuk selain Allah.” (QS Al-An‘am [6]: 136)
2. Menyembelih untuk selain Allah ﷻ.
Sembelihan adalah bentuk ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah ﷻ. Siapa yang menyembelih atas nama selain Allah ﷻ, maka ia telah berbuat syirik.
3. Berdoa kepada selain Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Doa adalah inti ibadah.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi)
Maka siapa pun yang berdoa kepada malaikat, nabi, wali, atau jin — telah menyekutukan Allah. Na‘udzubillahi min dzalik.
4. Mengaku mengetahui hal ghaib.
Hanya Allah yang mengetahui perkara ghaib. Rasulullah ﷺ tidak mengetahuinya kecuali jika Allah mewahyukan kepadanya. Maka peramal, dukun, dan orang yang mengaku tahu masa depan termasuk dalam kesyirikan.
5. Menggunakan jimat.
Meyakini bahwa benda seperti kalung, cincin, atau tulisan tertentu dapat menolak bala atau membawa manfaat adalah bentuk kesyirikan, karena keyakinan itu hanya pantas ditujukan kepada Allah.
6. Berhukum kepada selain hukum Allah ﷻ.
Barang siapa menjadikan hukum selain Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman, maka ia telah berbuat syirik. Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya hukum itu hanyalah milik Allah. Dia memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain-Nya.” (QS Yusuf [12]: 40)
Itulah beberapa bentuk kesyirikan yang dapat menghapus manfaat dari kalimat Laa ilaha illallah di akhirat kelak.
Semoga Allah ﷻ menjaga kita dari segala bentuk syirik, menjadikan kita orang yang memahami dan mengamalkan makna tauhid dengan benar, sehingga kalimat Laa ilaha illallah yang kita ucapkan di dunia menjadi penyelamat dan pemberat timbangan amal kita di akhirat.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Referensi:
- Al-Iman karya Abdul Majid Az-Zindani
- Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
- Ma‘arijul Qabul karya Syaikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami

