Lompat ke konten
Layanan dan Program UPZ Abdurrahman Assanad - Abdurrahman As-Sanad Jati Mulur Sukoharjo
Teguh di Jalan Allah – Keteladanan dalam Dakwah

Kajian Jum’at: Teguh di Jalan Allah – Keteladanan dalam Dakwah

Kajian rutin Jum’at malam, 15 Agustus 2025, di Masjid Jami’ Abdurrahman As-Sanad bersama Ustadz Abdul Halim, S.Pd, dengan pembahasan Keteladanan dalam Dakwah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةًۭ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَـٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّۭ مُّبِينٌۭ

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 208)

Empat Aspek Muslim Kaffah

Seorang muslim yang kaffah memiliki empat aspek penting dalam dirinya:

  1. ‘Aqīdah Salīmah (العقيدة السليمة) – Aqidah yang lurus dan benar
  2. ‘Ibādah Shahīhah (العبادة الصحيحة) – Ibadah yang sesuai tuntunan syariat
  3. Akhlaq Karīmah (الأخلاق الكريمة) – Akhlak yang mulia
  4. Mu‘āmalah Ḥasanah (المعاملة الحسنة) – Interaksi sosial yang baik dan benar

Empat aspek ini merupakan pondasi penting bagi seorang pendakwah, tidak hanya dalam menyampaikan materi dakwah, namun yang lebih utama untuk membentuk pribadi pendakwah yang dapat memberikan keteladanan.

Tulisan terkait: Kajian Jum’at: Teguh di Jalan Allah – Berdakwah dengan Hikmah

Keteladanan dalam Dakwah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah contoh utama dalam dakwah. Beliau menampilkan Islam secara kaffah sebagai seorang ‘abdullāh (hamba Allah), menyampaikan risalah dengan penuh hikmah meski menghadapi beragam respon dari kaumnya: ada yang menerima dengan tulus, ada yang bersikap munafik, dan ada pula yang menolak bahkan memerangi beliau.

Dalam menghadapi penentangan, beliau tidak hanya bersabar, tetapi juga berjuang membela dakwah Islam, termasuk dengan memerangi orang-orang kafir yang memerangi umat Islam. Namun, ketika Allah memberikan kemenangan sebagaimana dalam peristiwa Fathul Makkah, beliau menunjukkan akhlak yang agung dengan memaafkan musuh-musuhnya saat mereka tidak lagi mampu memerangi.

Sikap tegas sekaligus penuh kebaikan inilah yang menjadi teladan besar bagi umat Islam dalam berdakwah: teguh dalam membela agama, mulia dalam akhlak, dan membalas keburukan dengan kebaikan. Semua itu ditujukan sebagai bentuk ibadah kepada Allah subḥānahu wa ta‘ālā.

Teladan berikutnya adalah para sahabat, tabi‘in, dan tabi‘ut tabi‘in. Tiga generasi ini disebut oleh Rasulullah sebagai generasi terbaik:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

Sebaik-baik manusia ialah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.” (HR. Bukhari no. 3651, Muslim no. 2533)

Pelajaran Utama dari Keteladanan

Salah satu pelajaran berharga dari Rasulullah, para sahabat, dan generasi setelahnya adalah bahwa dakwah yang paling utama dimulai dari diri sendiri.

Ketika seorang muslim bersemangat menegakkan syariat dalam kehidupannya sehari-hari, maka ia akan menjadi suri teladan yang menginspirasi. Amal shalih yang dikerjakan dengan ikhlas kepada Allah akan memancarkan ketulusan, sehingga nasihat dan dakwahnya lebih mudah diterima serta memberi pengaruh yang mendalam.

Keteladanan dalam dakwah bermakna melaksanakan syariat dengan kaffah, bersegera dalam amal shalih, serta menasihati manusia dengan penuh hikmah dan akhlak yang mulia.
Allāhu a‘lamu biṣ-ṣawāb.