Jati, Sukoharjo – Kajian Subuh Ahad, 27 Juli 2025, Masjid Jami’ Abdurrahman As-Sanad bersama Ustadz Yusuf Helmi Ahmad.
Mari kita terus bersemangat menghadiri majelis ilmu, mengaji, dan menuntut ilmu agama. Utamakan akhirat dalam setiap langkah. Sebab siapa yang hanya mengejar dunia, maka akhirat bisa terabaikan. Namun siapa yang mengejar akhirat, insya Allah dunia akan mengikuti.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ yang diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu:
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.”
Hadits shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72–Mawâriduzh Zham’ân)
Tujuh Wasiat Rasulullah
Rasulullah ﷺ pernah memberikan tujuh wasiat penting kepada sahabat Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu—wasiat yang mengajarkan kita tentang bagaimana menjalani hidup dengan hati yang bersih, tujuan akhirat, dan hubungan yang benar dengan sesama serta dengan Allah. Wasiat ini bukan hanya petunjuk menuju keselamatan akhirat, tapi juga kunci untuk meraih hidup yang lebih tenang, lapang, dan bahagia di dunia.
اَوْصَانِيْ خَلِيْلِيْ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم بِسَبْعٍ : اَنْ اَنْظُرَ اِلَى مَنْ هُوَ اَسْفَلَ مِنِّيْ وَلاَ اَنْظُرَ اِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِيْ وَاَنْ اُحِبَّ اْلمَسَاكِيْنَ وَاَنْ اَدْنُوَ مِنْهُمْ وَاَنْ اَصِلَ رَحِمِيْ وَاِنْ قَطَعُوْنِيْ وَجَفُوْنِيْ وَاَنْ اَقُوْل اْلحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا وَاَنْ لَا اَخَافُ فِي اللهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ وَاَنْ لَا اَسْأَلَ اَحَدًا شَيْئًا وَاَنْ اَسْتَكْثِرَ مِنْ لَا حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِا للهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ فَأِنَّهَا مِنْ كُنُوْزِ اْلجَنَّةِ
“Kekasihku Muhammad Saw. mewasiatkan tujuh hal kepadaku; ‘Aku harus melihat orang yang lebih rendah dariku dan tidak melihat orang yang berada di atas ku, aku harus mencintai orang miskin dan harus dekat dengan mereka, aku harus menyambung silaturrahim dengan kerabatku meskipun mereka memutuskan hubungan dan jahat kepadaku, aku harus menyampaikan yang benar meskipun pahit, aku tidak perlu khawatir terhadap celaan orang lain dalam menjalan perintah Allah, aku tidak boleh meminta apapun kepada orang lain dan aku harus memperbanyak membaca kalimat ‘La hawla wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim’ karena kalimat tersebut termasuk harta simpanan di surga.”
(Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/159) dan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul-Kabîr)

